Saturday, August 15, 2009

Akuntan Publik di Indonesia Masih Minim


Pertumbuhan jumlah akuntan publik di Indonesia dinilai sangat lambat. Bahkan dalam 5 hingga 10 tahun ke depan jumlahnya diprediksi akan mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini ditengarai oleh akan banyaknya akuntan publik yang memasuki masa pensiun dalam kurun waktu tersebut.

Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, jumlah akuntan publik di Indonesia tergolong sedikit. Sebagai perbandingan jumlah akuntan publik (berizin) di beberapa negara adalah sebagai berikut:
  • Malaysia 2.410 orang
  • Thailand 6.070 orang
  • Singapura 862 orang
  • Myanmar 319 orang
  • Filipina 4.011 orang
  • Indonesia 877 orang (91 orang diantaranya berstatus tidak aktif)
  • Vietnam 1.046 orang

Menurut data yang diperoleh dari Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) - Departemen Keuangan RI, 67% akuntan publik Indonesia berusia di atas 50 tahun, bahka 39% nya sudah memasuki usia pensiun. Berikut ini adalah rincian statistik umur akuntan publik:
  • 60 tahun ke atas 314 orang (39,45%)
  • 50 - 60 tahun 224 orang (28,14%)
  • 40 - 50 tahun 196 orang (24,62%)
  • kurang dari 40 tahun 62 orang (7,79%)
Sementara itu lulusan Indonesian CPA yang memilih berkecimpung di profesi ini hanya sekitar 20%. Kondisi ini mengakibatkan regenerasi akuntan publik Indonesia berjalan lambat.

Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat semakin dekatnya liberalisasi jasa akuntan di ASEAN (disepakati pada Agustus 2008). Kekhawatiran tersebut makin niscaya manakala melihat tantangan bagi profesi akuntan ke depannya, seperti peningkatan kompleksitas pelaporan keuangan dengan pendekatan nilai wajar, standar akuntansi yang lebih banyak mendasarkan pada prinsip (principle based), dinamisasi akuntansi dalam lingkungan yang global dan konvergensi standar akuntansi Indonesia dengan IFRS.

Dalam hal ini peran akademisi diperlukan untuk meningkatkan daya saing akuntan Indonesia antara lain melalui benchmarking pendidikan nasional akuntansi dengan standar internasional yang ditetapkan oleh IFAC Education Committee. Selain itu juga perlu mendorong para akademisi untuk meng-update bahan ajar yang mengikuti tren perubahan dalam dunia bisnis agar dapat merefleksikan perkembangan terkini seperti misalnya penerapan IFRS, ISA, keputusan bisnis berbasis risiko dan pelaporan dengan pendekatan nilai wajar.

No comments:

Post a Comment