Friday, June 8, 2012

Pengalaman Mengurus visa AS / Visa US

Hari ini Jumat tanggal 8 Juni 2012, saya telah menyelesaikan proses permohonan visa AS dan kabar baiknya permohonan saya diterima. Visa tersebut akan saya pergunakan untuk pada pertengahan Agustus 2012.

Sudah banyak tulisan/share pengalaman mengenai permohonan visa AS ini, baik itu dalam bentuk blog ataupun arsip milis. Kebanyakan blog yang saya temukan adalah sharing pengalaman terkait dengan penugasan kantor, seminar dsb (visa B-1). Sedangkan permohonan saya adalah murni visa B-2, jenis visa untuk tourism. Ketika mengunjungi arsip-arsip milis untuk posting dengan topik visa AS saya menemukan jawaban "silahkan kunjungi website resmi kedubes AS" di mana menurut saya tidak cukup membantu juga.

Karena itu saya menyampaikan tulisan berikut (berdasarkan pada pengalaman pribadi) dan dimaksudkan untuk menambah referensi. Informasi resmi dan sangat lengkap mengenai visa AS dapat di akses melalui website resmi kedutaan AS di Jakarta dan silahkan googling.

1. Proses permohonan visa saya mulai dari membayar di Bank Permata Cabang Atrium Kuningan (kebetulan dekat kantor). Sampaikan saja ke security nya dan mereka sudah tahu formulir mana yang digunakan. Untuk rate USD/Rp nya bisa langsung ditanyakan ke teller. Saya bayar di bulan Februari 2012 dan beberapa bulan setelah itu rate nya naik. Sebenarnya pembayaran tidak perlu dilakukan di awal. Bukti pembayaran bank diperlukan untuk membuat jadwal interview dan serahkan berkas. Padahal jadwal interview itu sendiri hanya bisa dilakukan setelah kita menyelesaikan isian form DS-160 secara online. Jadi urutan bisa juga : a) lengkapi isian form DS-160 b) bayar di cabang-cabang tertentu bank permata/standard chartered c) lakukan jadwal interview.

Sebagai tambahan (berdasarkan informasi dari website resmi), pembayaran bisa dilakukan kapan saja untuk permohonan visa dalam 12 bulan. Artinya kita tidak bisa bayar visa sekarang, tapi mengajukan permohonan visanya baru tiga tahun kemudian (misalnya saja).

Yang critical disini adalah kita harus tahu untuk bayar visa jenis apa karena harga nya berbeda-beda. Daftar harga dan jenis visa bisa diprint dari website resmi. Teller bank tempat saya bayar waktu itu juga kebetulan punya daftar harga per jenis visa, sehingga tidak sampai salah harga, karena nanti bisa ditolak pada saat penyerahan berkas.


2. Setelah itu mulai proses pengisian DS-160. Menurut tulisan di beberapa blog perlu waktu 1 jam untuk mengisi form ini secara lengkap. Tapi saya perlu waktu 2 minggu. Saya isi santai-santai, jika ada kesempatan baru isi. Jika ada informasi yang saya tidak yakin seperti tanggal lulus SMP, SMA, kuliah, saya pending sampai lihat betul ke ijazahnya.

Form DS-160 terdiri dari beberapa step. Kita tidak dapat lanjut ke step berikutnya sampai dengan current step kita complete. Setiap logout jangan lupa save supaya nanti pada saat retrieve lagi kita tinggal melanjutkan saja.

Mengisinya tidak terlalu sulit. Bagian yang paling membingungkan adalah ketika sampai pada pertanyaan (kurang lebih) mengenai kontak di AS. Saya sudah pilih jawaban tidak. Namun saya tetap harus mengisi nama tempat yang akan dikunjungi, otherwise saya gak bisa lanjut ke step berikutnya. Akhirnya saya sebut hotel di Seattle, hotel yang pertama akan saya tempati selama di AS. Dari hasil browse untuk pertanyaan ini bisa juga diisi mal atau museum yang akan kita kunjungi di AS.

Tahap hampir terakhir adalah upload foto. Sesuaikan ukuran nya dan menurut saya baiknya foto yang terbaru (kurang dari 6 bulan). Saya kebetulan pakai foto yang lama yaitu foto tahun 2008. Tapi ini riskan. Membuat foto disarankan oleh website resmi kedubes AS di seepanjang jalan Sabang. Disana ada beberapa dan mereka pasang papan terima foto visa US. Mereka juga terima jasa pengisian form DS-160. Tapi kalau bisa isi sendiri (menurut saya) lebih baik isi sendiri untuk pengalaman.

Tahap terakhir print out semua halaman dari isian kita, baca sekali lagi pelan-pelan, apakah sudah lengkap? Apakah semua informasi sudah sinkron dan make sense? Setelah itu baru confirm. Harap dicatat bahwa setealah confirm, form ini tidak bisa lagi diedit. Di retrieve pun sudah tidak bisa lagi. Maka berhati-hatilah dan dicermati lagi.

3. Kemudian masuk ke tahap membuat jadwal interview dan serahkan berkas aplikasi. Disinilah diperlukan input nomor slip bank/bukti bayar kita (seperti saya sebut pada no. 1 di atas). Tanpa mengisi nomor tersebut, kita tidak dapat membuat appointment dengan pihak kedubes.

Jadwalnya tidak terlalu padat. Rata2 jadwal tercepat sudah tersedia dalam 2-3 hari kedepan. Semula saya berencana untuk appointment pada akhir April 2012. Namun saya cancel karena harus ke Singapore (perlu paspornya). Menurut informasi kita bisa beberapa kali cancel appointment. Tapi jangan terlalu sering juga. Sangat riskan.

Saya buat jadwal lagi di hari Jumat 1 Juni 2012 dan jadwal terdekat yang tersedia adalah adalah Selasa 5 Juni 2012; tapi saya putuskan di hari Jumat saja. Alasannya sederhana saja a) biasanya orang menghindari aktivitas di hari Jumat karena musti sholat, disini saya berharap antrian tidak terlalu banyak b) saya bisa pake baju batik (baju dikeluarkan) sehingga tidak perlu pake sabuk (tulisan di satu blog menyarankan untuk tidak pakai sabuk unless mau repot untuk bolak balik lepas waktu melewati metal detektor, meskipun kenyataannya tidak begitu juga. Cuma sekali saja saya melewati metak detektor).

4. Akhirnya tiba hari yang ditunggu-tunggu. Dari jaman saya SMP sudah sering dengar kalau visa AS susah buaanget proses dan mendapatkannya. Mau orang kaya atau terpandang, sekalinya gak di approved yang tetap gak approved. Banyak banget mitos, cerita, rumor di mana buat saya sangat challenging dan harus dicoba sendiri.

Dokumen sudah saya siapkan selengkap2nya. Selain dari yang diminta dan disebutkan dalam print out konfirmasi wawancara, saya sertakan juga dokumen-dokumen berikut (beberapa disarankan juga oleh kedubes AS meski tidak diharuskan, silahkan kunjungi website resmi mereka),
- surat referensi dari kantor + kartu nama
- jadwal perjalanan saya (kebetulan cuma 12 hari)
- tiket pesawat pp plus bukti tagihan dari kartu kredit atas pembelian tiket tersebut (kebetulan saya sudah beli dan menurut orang-orang sangat riskan, terlebih jika visa tidak disetujui. tapi risiko ini tetap saya ambil. kadangkala keputusan beli harus cepat apalagi ketika ada harga promo, belum lagi kemungkinan rate USD menguat yang membuat harga tiket juga melambung jika ditunda-tunda. beberapa kawan lain menggunakan booking ticket/dummy tiket dari travel agent, saya pikir ini baik juga dan lebih tidak riskan)
- rekening koran bank 3 bulan terakhir(saya minta bank untuk print out)
- buka tabungan (asli)
- bilyet deposito dan perpanjangannya (asli+copy)
- ijasah S1 (asli)
- bukti kepemilikan properti (asli+copy)

Pada kenyataannya, tidak ada satupun dari dokumen-dokumen itu yang diminta untuk diperlihatkan. Mengenai tiket pp, ada bagian dalam formulir DS-160 yang menanyakan mengenai ini (kurang lebih pertanyaannya: apakah ada jadwal perjalanan yang pasti? jika dijawab iya akan diminta untuk mengisi nama flight dan jadwalnya, termasuk kota-kota apa yang akan dikunjugi). Mengingat saya sudah mengisikannya dan staf pihak kedubes dapat membacanya secara online, mereka merasa tidak perlu meminta saya untuk menunjukan tiket dan jadwal perjalanan tersebut.

5. Bagaimana proses selama mengantri? Jadwal saya adalah 07.30, jadwal ini ternyata tidak terlalu ketat (penting) karena yang datang pertamalah yang akan dilayani. Menurut pihak security maksimum jam 09.30 kita sudah harus di dalam lokasi kedutaan, lewat dari itu mereka sudah tidak terima.

Disarankan untuk datang lebih pagi, supaya dapat giliran lebih awal. Sehingga jika ada yang salah/kekurangan administrasi kita bisa segera keluar untuk mebereskan selekas-lekasnya dan selekas-lekasnya pula kembali ke kedutaan. Salah satu blog menulis pengalaman mengantri sejak jam 5 pagi. Terus terang saya sama sekali tidak tertarik dengan pilihan antri subuh2.

Saya sendiri baru tiba di stasiun gambir jam 07.00 kurang 10'. Parkir mobil di sana dan berjalan kaki ke lokasi kedutaan. Sekitar 5-10' saja. Kebetulan antrian tidak terlalu panjang, satu-satunya yang membuat agak crowded adalah rombongan paduan suara dari manado untuk pertandingan di AS. Jumlahnya mungkin sekitar 50 orang. Kondisi para pemohon adalah antri di trotoar. Saya berharap tidak hujan dan untunglah terjadi demikian. Sebelum mengantri, oleh pihak security, paspor kita akan dicocokan dengan list pemohon hari itu.

Pukul 07.40 saya sudah mulai memasuki kawasan kedutaan. Diatur bahwa yang masuk ke dalam kedutaan adalah per 7 orang sekali masuk. Kita akan melewati detektor. Semua alat elektronik dimatikan dan dititip. Ini termasuk flashdisk, kunci remote, token bank, tablet dsb. Tapi tas masih boleh dibawa. Makanan/minuman totally dilarang. Harus buru2 dimakan/diminum dan dibuang.

Melewati detektor, kita akan masuk ke kawasan yang lebih dalam. Ada lapangan basket di sana. Setelah itu masuk ke kawasan periksa kelengkapan dokumen. Ada 4 loket (seperti loket bioskop lengkap dengan speaker nya) dan disini kembali mengantri kembali. Sepanjang jalur antrian ada bangku kayu panjang. Kita bisa antri sambil duduk dan sudah ada atap sehingga tidak perlu kuatir kehujanan. Proses di sini tidak terlalu lama. Petugas (seluruhnya Indonesian) meminta konfirmasi formulir DS-160, konfirmasi wawancara, 1 pas foto ukuran 5X5 dan paspor lama. Saya bawa 2 paspor lama namun hanya 1 yang diminta oleh petugas. Setelah itu kita akan diberi kartu nomor kelompok. Waktu itu saya dapat nomor 26 padahal orang depan saya dapat antri nomor 22. Rupanya karena orang depan saya antri di loket 1, dan ketika itu saya lihat loket 4 kosong. Pergilah saya ke loket 4. Alhasil saya dapat nomor 26 (padahal yang belakang saya dapat nomor 22 dan 23 karena mereka setia di loket 1, rugi jadinya).

Satu orang disuruh foto lagi oleh petugas karena orang itu menggunakan foto lama (kalau gak salah dijawab sama pemohon tahun 2009). Saya juga sebenarnya demikian. Namun untunglah tidak dipermasalahkan. Mungkin karena wajanya masih sama. Maka itu lebih baik foto baru lagi saja untuk keperluan ini.

Setelah itu masuk ke bagian lain dari kedutaan. Tidak ada metal detektor lain selain dari yang pertama tadi. So jangan khawatir bagi yang pakai sabuk. Bagian ini terdiri dari banyak bangku (tanpa sandaran). Di bagian ini tidak ada AC (hanya kipas angin), semi terbuka dan toilet juga ada. Disini juga sudah ada counter makanan dari ranch market. Mereka jual sandwich, nasi goreng, kopi, coca cola, macam2 minumkan botol dsb. Dispenser aqua disediakn gratis.

Ketika saya sampai pada bagian ini menunggu sekitar 15' dan mulailah terdengar panggilan untuk nomor kelompok 9 dan 10. Tiap-tiap kelompok tdd 6-7 orang. Panggilan untuk kelompok 11 dan 12 dan selanjutnya terdengar sekitar tiap 15-25'. Karena ada kawan mengobrol, menunggu di bagian ini tidak terlalu berasa.

6. Bagaimana proses interview? Tiba giliran saya. Masuklah ke ruangan tertutup. Mungkin kapasitas sekitar 50 orang. Ada 4 loket interview disana dan 1 loket untuk ambil sidik jari. Ketika masuk pertama kali, kelompok kita akan diminta untuk ambil sidik jari. Setelah itu menunggu lagi untuk menunggu giliran kapan kelompok kita dipanggil.

Loket tetap seperti loket bioskop dan menunggu disini sangat stressful. Saya dengar berkali2 (kurang lebih) "maaf kita belum bisa memberikan visa". Kita juga bisa mendengar apa2 saya yang di tanyakan oleh interviewer. Semuanya native dan mereka bertanya campur2 dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris. Pertanyaannya seperti mau apa kesana? kemana saja? sudah pernah ke LN belum? ada kenalan di AS? pekerjaan apa? dsb. dsb.

Beberapa rombongan paduan suara dari manado (selurunya berpakaian putih hitam) yang saya sebut diatas tidak disetujui visanya (dapat surat warna merah). Sedih juga melihatnya dan bertanya dalam2 hati, waduh bagaimana ini nasib kita.

Tibalah giliran kelompok saya dan saya antri di nomor 2 dari kelompok itu. Orang di depan karena berkunjung dalam rangka tugas ditanya cukup detail mengenai pekerjaannya/industrinya dan syukurlah dia di approved.

Pertanyaan yang disampaikan ke saya adalah,
- nama?
- untuk apa ke AS?
- sama siapa?
- sudah pernah ke LN?
- kemana saja LN nya?
- pekerjaannya apa?

Lalu saya diberi kertas putih dan approved. Tidak ada satupun dokumen yang harus saya perlihatkan ke mereka.
Perkiraan saya kenapa di approved adalah dalam formulir DS-160 saya sudah menyatakan,
- sudah ada jadwal perjalanan yang pasti, tiket pp plus kota-kota yang saya kunjungi
- sudah ada histori perjalanan ke LN
- memiliki pekerjaan tetap

Sehingga dengan demikian dianggap sudah punya attachment cukup kuat dengan Indonesia dan akan balik.

7) Pada hari Selasa tanggal 12 Juni 2012, saya menerima SMS bahwa paspor saya sudah bisa diambil. Ketika membuat appointment untuk wawancara, kita diberikan pilihan bagaimana cara pengiriman paspor balik yaitu a) diambil sendiri ke RPX (karet kuningan) b) dikirim ke rumah/kantor.

Saya memilih mengambil sendiri ke RPX yang belakangan baru saya tahu bahwa itu adalah nama lain Fedex di Indonesia. Lokasinya di dekat wisma metropolitan ke arah mal ambasador. Jika kita memilih untuk dikirim ke rumah/kantor, biaya pembuatan visa sudah termasuk ongkos kirim itu dan sebelum dikirim (menurut petugas RPX) mereka akan telepon dulu ke kita untuk konfirmasi.


Bagi saya pengalaman ini cukup menarik. Sudah apply visa ke beberapa negara, tapi ini yang paling mendebarkan. Saran saya persiapkan baik-baik semua dokumen yang dipersyaratkan maupun yang diperlukan untuk mendukung permohonan kita plus jangan lupa berdoa.

Saya pikir kita mesti memahami juga posisi para interviewer itu dimana mereka adalah gugus depan untuk memastikan bahwa negara mereka tidak dibanjiri oleh imigran-imigran yang tidak jelas dan mungkin membawa masalah.

Saturday, June 2, 2012

熊 (Xióng) Surname

熊 is also romanized as Hsiung in Wade-Giles and Yoong among some Malaysian Chinese. It is Hung or Hong in Cantonese; Him in Hokkien, Hiōng in Gan; Ung in South Korean; and Hùng in Vietnamese.

熊 is the 71st most common surname in mainland China, but does not appear at all among the 100 most common Taiwanese surnames.

Although Chinese make up the largest part of America's Asian and Pacific Islander population,none of the romanizations of 熊 appeared among the 1000 most common surnames during the AD 2000 US census.

Xiong's literal meaning is "bear".

Xiong traces back to the legendary Chinese culture hero Fuxi, who was also styled "Huangxiong" (黄熊, lit. "Yellow Bear"). One archaic form of the surname combined this into a single character 𪏛. The similarly legendary Yellow Emperor was later credited with taking the name "Youxiong Shi" (有熊氏, Yǒu Xióng Shì).[clarification needed]

Huangdi's grandson Zhuanxu's grandson Jilian (季連) took the ancestral name Mi (芈, 'Mǐ). His descendant[clarification needed] Yuxiong was the tutor of King Wen of Zhou and died during his reign.

After Zhou overthrew the Shang Dynasty, Yuxiong's descendants took Xiong as their clan name and remained prominent at court.

King Wen's grandson King Cheng of Zhou (reigned 1042 – 1021 BC) awarded Yuxiong's great-grandson Xiong Yi the hereditary title of zǐ (子, roughly "viscount") and the fiefdom of Chu.As it grew in power and importance, the Xiong dynasty formed its ruling house and the ruling houses of some of its successor states. To this day, the surname remains prominent in the provinces comprising the former territory of Chu.

List of persons with the surname:
Xiong Ni, Chinese diver who won three Olympic gold medals
Xiong Qinglai, Chinese mathematician
Xiong Shili, Chinese philosopher
Xiong Xiling
Xiong Yaohua, real name of the Hong Kong novelist Gu Long
Hsiung Shih-I, Chinese writer
Lynn Hung, Chinese model
Alex Yoong, race car driver

(Thanks to Wikipedia)