Thursday, April 7, 2011

Perguruan Tinggi Swasta Terbaik (PDAT 2011)

Pusat Data dan Analisa TEMPO (PDAT) di awal tahun 2011, kembali melakukan survei Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Terbaik menurut Persepsi dan Pengalaman Para Manager di Dunia Kerja di Jabodetabek.

Menurut data, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) mulai dari akademi, sekolah tinggi, institut hingga universitas, tercatat ada 3.000 PTS yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tingginya jumlah PTS tersebut, belum tentu diiringi kualitas yang memadai.

Banyaknya tawaran dari berbagai PTS dengan program- program studinya, menyebabkan calon mahasiswa harus jeli dalam memilih PTS, terutama dikaitkan dengan prospek kerja setelah lulus nanti. PDAT telah melakukan survei pemeringkatan perguruan tinggi swasta terbaik, menurut kacamata para manager berdasarkan persepsi dan pengalamannya dalam merekrut atau bekerja dalam suatu tim selama mereka bekerja.

Survei berdesain kuantitatif, dengan metode pengambilan Quota Sampling, dua panel responden: User dan Recruiter. User adalah mereka yang bekerja pada level manajerial berpendidikan minimal S-1, memiliki bawahan minimal S-1. Adapun Recruiter adalah mereka yang bekerja pada bidang personalia/HRD di sebuah perusahaan tertentu atau perusahaan konsultan khusus penyedia tenaga kerja (head hunter), berpendidikan S-1 serta memiliki pengalaman merekrut S-1 di perusahaan tempat bekerja atau untuk perusahaan lain. Sebelum mengukur siapa PTS terbaik, yang digali pertama adalah tingkat awareness para manager di Jakarta.

Faktor penting dalam pemilihan sebuah PTS terbaik adalah lulusannya harus memiliki ilmu dan keterampilan yang memadai untuk bekerja sebagai modal awal untuk melakukan pekerjaan yang dilamarnya, dosen yang berkualitas , lulusannya cepat beradaptasi dalam lingkungan kerja, memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi, lulusannya siap bekerja, lulusannya siap mudah dibentuk/ diarahkan untuk dilatih. Dari segi kampus, PTS memiliki reputasi yang bagus serta fasilitas kampus yang lengkap.

Faktor Penting dalam Pemilihan PTS Terbaik

Berdasarkan faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi dan pertimbangan para manager memilih sebuah PTS terbaik adalah sebagai berikut:

  • Lulusannya harus memiliki ilmu dan keterampilan yang memadai untuk bekerja sebagai modal awal untuk melakukan pekerjaan yang dilamarnya.
  • Dosen yang berkualitas. Dalam menghasilkan kualitas lulusan, kualitas dosen sangat berpengaruh, karena akan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan yang memadai.
  • Lulusannya memiliki motivasi, dedikasi, cepat ber-adaptasi dan berprestasi dalam bekerja.
  • Lulusannya berkualitas, kampusnya terkenal, fasilitas kampus lengkap dan berprestasi di dunia kerja.
Berikut adalah 10 besar PTS terbaik Ekonomi - Akuntansi
1. Universitas Trisakti
2. STIE Perbanas
3. Unika Atma Jaya
4. Universitas Pelita Harapan
5. Universitas Tarumanagara
6. UPI YAI
7. Universitas Parahyangan
8. Universitas Kristen Indonesia
9. Universitas Pancasila
10. Universitas Bina Nusantara

Sedangkan 10 besar PT terbaik Ekonomi - Manajemen
1. Universitas Trisakti
2. Unika Atma Jaya
3. Universitas Pelita Harapan
4. Universitas Tarumanagara
5. Universitas Parahyangan
6. STIE - Perbanas
7. UPI YAI
8. Universitas Moestopo
9. Universitas Pancasila
10. Universitas Bina Nusantara

Indonesia Kekurangan Akuntan Publik

Jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di kawasan ASEAN, jumlahnya sangat jauh tertinggal. Padahal, berdasarkan UU Perseroan Terbatas, perusahaan yang memiliki omset minimal Rp 50 miliar, wajib diaudit oleh akuntan publik.

“Jumlah akuntan publik di Indonesia hingga 31 Maret 2011 baru 926 dari total penduduk 237 juta jiwa. Singapura dengan jumlah penduduknya sekitar lima juta, memiliki 15.120 orang akuntan publik. Malaysia dengan jumlah penduduk sekitar 25 juta jiwa, memiliki 2.460 akuntan publik,” kata Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tia Adityasih, dalam percakanan dengan “PRLM” di Kantor IAPI, Jln. Kapten Piere TandeanNomor 1, Jakarta Selatan, Senin (4/4).

Menurut Tia, pekerjaan mengaudit perusahaan di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dari Direktorat Pajak, Kementerian Keuangan tahun 2010, wajib pajak badan diperkirakan sekitar 1,8 juta (baik berupa PT, CV, Koperasi, Perhimpunan dan lain-lain).

Dari 1,8 juta wajib pajak badan, yang memiliki omset Rp 50 miliar diperkirakan sekitar 400.000 perusahaan. “Ini artinya, jika setiap satu akuntan publik melakukan audit sebanyak 40 wajib pajab badan, maka Indonesia memerlukan sekitar 10.000 akuntan publik,” kata Tia yang hingga kini menjadi tenaga ahli di Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) RI bidang Pengembangan Profesi Akuntan dan Peningkatan Kualitas Pemeriksaan.

Tia menuturkan, Filipina dengan jumlah penduduk sekitar 88 juta jiwa memiliki 15.020 orang, Thailand dengan penduduk sekitar 66 juta jiwa memiliki 6.070 akuntan publik dan Vietnam dengan jumlah penduduk sekitar 85 juta jiwa memiliki 1.500 akuntan publik.

Ia mengharapkan, ke depan minat generasi muda Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi semakin meningkat, seiring dengan kemungkinan dilakukannya beberapa perubahan terhadap persyarakat menjadi akutan publik.

“Mungkin persyarakatan sekarang dirasakan terlalu lama dan panjang. Sementara dengan lulusan yang sama, lantas seseorang melamar pekerjaan di instansi atau perusahaan swasta, jenjangnya lebih pendek,” ujarnya.

Panjangnya persyaratan itu dimulai setelah lulus S1 Fakultas Ekonomi, jurusan akuntansi kemudian harus diikuti dengan mengikuti program pendidikan akuntansi (PPA) selama dua semester. Ada empat puluh Perguruan Tinggi penyelenggara program ini. Setelah memperoleh tanda kelulusan PPA, kemudian menyampaikan ke Kementerian Keuangan agar mendapatkan register akuntansi. Agar bisa menjadi akuntan publik, seseorang harus memiliki pengalaman kerja minimal lima tahun atau 1.000 jam di Kantor Akuntan Publik.

“Dari 1000 jam pengalaman kerja itu, 500 jam di antaranya seseorang harus menduduki jabatan setingkat suvervisi atau ketua tim. Jadi, persyaratannya dirasa panjang, sehingga kemungkinan banyak lulusan S1 Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, kurang tertaring,” ujarnya.

Tia juga mengharapkan agar DPR bisa menyetujui RUU tentang Akuntan Publik menjadi UU.

“Hari Selasa, DPR kan mau menyetujuinya. Jika sudah diundangkan, akuntan publik mempunyai payung hukum yang lebih kuat dibandingkan selama ini yang hanya bersandar pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17 tahun 2008. Jadi, jika sudah disetujui menjadi UU, maka ada perlindungan dari akuntan publik palsu,” jelasnya. (Pikiran Rakyat Online)