Sunday, August 16, 2009

Peringkat Perguruan Tinggi Indonesia Versi PDAT 2009


Seperti biasa, Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT) mengeluarkan hasil survey rutin tiap tahunnya mengenai peringkat perguruan tinggi di Indonesia. Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT) tahun 2009 melakukan survey untuk melakukan pemeringkatan perguruan tinggi menurut pandangan masyarakat. Hasil pemeringkatan ini merupakan persepsi terhadap kualitas perguruan tinggi tertentu berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka. Hasil ini memberikan gambaran perguruan tinggi yang mana memiliki citra baik di masyarakat.

Survey Perguruan Tinggi kali ini mencakup beberapa hal, antara lain : tingkat awareness masyarakat terhadap perguruan tinggi di Indonesia ; persepsi tentang perguruan tinggi dan jurusan atau program studi yang terbaik secara nasional dan di beberapa wilayah di Indonesia, baik perguruan tinggi mana yang terjangkau dan faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam memilih perguruan tinggi.

Metode Survey

Survey dilakukan di tujuh kota, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makasar. Metode survey dalam desain kuantitatif wawancara terhadap sejumlah responden melalui telepon. Sampling frame diambil dari buku telepon di masing-masing kota.

Responden terbagi menjadi dua panel, yaitu siswa SMU yang berminat melanjutkan kuliah dan orang tua yang memiliki siswa SMU atau mahasiswa tingkat I, dan berpendidikan minimum SMU. Dua kategori responden ini dianggap mewakili masyarakat yang memiliki kepentingan atau pengetahuan yang cukup mengenai perguruan tinggi.

Survey digelar di sejumlah kota besar di Indonesia, terutama yang memiliki perguruan tinggi negeri dan swasta terkemuka. Survey yang dilakukan berdasarkan persepsi dari calon mahasiswa, orangtua calon mahasiswa, dan mahasiswa yang duduk di tungkat pertama.

Data hasil survey diolah dengan metode analisis statistika deskriptif dan pemeringkatan dengan analisis Thurstone. Analisis Thurstone digunakan untuk mendapatkan urutan perguruan tinggi terbaik dengan melihat seberapa besar perguruan tinggi yang satu mengungguli yang lainnya.

Hasil pemeringkatan merupakan hasil olahan dari persepsi responden dengan parameter terbaik sesuai pengalaman dan pengetahuan responden mengenai dunia perguruan tinggi, baik di tingkat local dan nasional.

Berikut Peringkat Universitas di Indonesia versi PDAT 2009:

Peringkat se - Jabodetabek :
1. Universitas Indonesia ( UI )
2. Universitas Trisakti ( USAKTI )
3. Universitas Gunadarma ( UG )
4. Universitas Pancasila ( UP )
5. Institut Pertanian Bogor ( IPB )
6. Universitas Negeri Jakarta ( UNJ )
7. Universitas Bina Nusantara ( UBINUS )
8. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara ( STAN )
9. Universitas Katolik Indonesia Atmajaya ( UNIKA ATMAJAYA )
10. Universitas Tarumanagara ( UNTAR )

Peringkat se - Indonesia :
1. Universitas Indonesia ( UI )
2. Universitas Gadjah Mada ( UGM )
3. Institut Teknologi Bandung ( ITB )
4. Institut Pertanian Bogor ( IPB )
5. Universitas Padjadjaran ( UNPAD )
6. Universitas Diponegoro ( UNDIP )
7. Univeristas Airlangga ( UNAIR )
8. Universitas Trisakti ( USAKTI )
9. Institut Teknologi Sepuluh November ( ITS )
10. Universitas Sumatera Utara ( USU )

Dan hasil survey ini juga terbagi lagi berdasarkan jurusan atau fakultasnya. Dengan hasil sebagai berikut :

Urutan 10 besar per fakultas sesuai permintaan :

Teknologi Informasi
1. ITB
2. UI
3. UGM
4. ITS
5. UBINUS
6. UDINUS
7. STIKOM SURABAYA
8. UNDIP
9. STT TELKOM
10. UNIKOM

Ekonomi Akuntansi
1. UI
2. UGM
3. STAN
4. UNPAD
5. UNAIR
6. UNDIP
7. USU
8. USAKTI
9. UNHAS
10. UNPAR

Manajemen
1. UI
2. UGM
3. UNPAD
4. UNAIR
5. UNDIP
6. USAKTI
7. UNHAS
8. UII
9. USU
10. UNPAR

Hukum
1. UI
2. UGM
3. UNPAD
4. UNDIP
5. UNAIR
6. USAKTI
7. USU
8. UII
9. UNHAS
10. UNPAR

Kedokteran Umum
1. UI
2. UGM
3. UNPAD
4. UNAIR
5. UNDIP
6. UNHAS
7. USU
8. MARANATHA
9. USAKTI
10. UMY

Teknik
1. ITB
2. UGM
3. UI
4. ITS
5. UNDIP
6. UNHAS
7. ITENAS
8. STT TELKOM
9. USAKTI
10. UNPAR

Pertanian
1. IPB
2. UGM
3. UNPAD
4. UNHAS
5. UNSOED
6. USU
7. UNIBRAW
8. UMI MAKASAAR
9. UPN VETERAN JAWA TIMUR
10. UPN VETERAN YOGYAKARTA

Komunikasi
1. UI
2. UGM
3. UNPAD
4. UNDIP
5. UNAIR
6. UNHAS
7. USU
8. UII
9. UNSOED
10. UAJY

Psikologi
1. UI
2. UGM
3. UNPAD
4. UNAIR
5. UNDIP
6. USU
7. UNIKA Soegijapranata
8. UBAYA
9. UNIKA ATMAJAYA
10. UII

Sastra
1. UI
2. UGM
3. UNPAD
4. UNDIP
5. UNAIR
6. UNHAS
7. UPI
8. USU
9. UNM
10. UNY

MIPA
1. UI
2. UGM
3. UNPAD
4. ITB
5. UNDIP
6. UNAIR
7. UNHAS
8. ITS
9. USU
10. Unnes

Saturday, August 15, 2009

Akuntan Publik di Indonesia Masih Minim


Pertumbuhan jumlah akuntan publik di Indonesia dinilai sangat lambat. Bahkan dalam 5 hingga 10 tahun ke depan jumlahnya diprediksi akan mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini ditengarai oleh akan banyaknya akuntan publik yang memasuki masa pensiun dalam kurun waktu tersebut.

Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, jumlah akuntan publik di Indonesia tergolong sedikit. Sebagai perbandingan jumlah akuntan publik (berizin) di beberapa negara adalah sebagai berikut:
  • Malaysia 2.410 orang
  • Thailand 6.070 orang
  • Singapura 862 orang
  • Myanmar 319 orang
  • Filipina 4.011 orang
  • Indonesia 877 orang (91 orang diantaranya berstatus tidak aktif)
  • Vietnam 1.046 orang

Menurut data yang diperoleh dari Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) - Departemen Keuangan RI, 67% akuntan publik Indonesia berusia di atas 50 tahun, bahka 39% nya sudah memasuki usia pensiun. Berikut ini adalah rincian statistik umur akuntan publik:
  • 60 tahun ke atas 314 orang (39,45%)
  • 50 - 60 tahun 224 orang (28,14%)
  • 40 - 50 tahun 196 orang (24,62%)
  • kurang dari 40 tahun 62 orang (7,79%)
Sementara itu lulusan Indonesian CPA yang memilih berkecimpung di profesi ini hanya sekitar 20%. Kondisi ini mengakibatkan regenerasi akuntan publik Indonesia berjalan lambat.

Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat semakin dekatnya liberalisasi jasa akuntan di ASEAN (disepakati pada Agustus 2008). Kekhawatiran tersebut makin niscaya manakala melihat tantangan bagi profesi akuntan ke depannya, seperti peningkatan kompleksitas pelaporan keuangan dengan pendekatan nilai wajar, standar akuntansi yang lebih banyak mendasarkan pada prinsip (principle based), dinamisasi akuntansi dalam lingkungan yang global dan konvergensi standar akuntansi Indonesia dengan IFRS.

Dalam hal ini peran akademisi diperlukan untuk meningkatkan daya saing akuntan Indonesia antara lain melalui benchmarking pendidikan nasional akuntansi dengan standar internasional yang ditetapkan oleh IFAC Education Committee. Selain itu juga perlu mendorong para akademisi untuk meng-update bahan ajar yang mengikuti tren perubahan dalam dunia bisnis agar dapat merefleksikan perkembangan terkini seperti misalnya penerapan IFRS, ISA, keputusan bisnis berbasis risiko dan pelaporan dengan pendekatan nilai wajar.